Mozaik Islam
Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRIKhutbah Idul Adha
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yg dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Pada hari yg mulia ini, 10 Dzulhijah seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah , jutaan umat Islam yg menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dgn memakai ihram putih sbg lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tdk ada keistimewaan antar satu bangsa dgn bangsa yg lainnya kecuali takwa kpd Allah.
“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki & seorang perempuan & menjadikan kamu berbangsa – bangsa & bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yg paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al-Hujaraat (49):13
Peringatan hari raya ini tdk bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dgn penuh ketaqwaan, memenuhi perintah Allah utk menyembelih anak yg dicintai & disayanginya, Nabi Ismail as. Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yg justru disembelih oleh Nabi Ibrahim as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa itulah yg kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sbg wujud ketaqwaan seorang manusia mentaati perintah Allah Subhanahu wa ta’ala Ketaqwaan Nabi Ibrahim kpd Allah Subhanahu wa ta’ala diwujudkan dgn sikap & pengorbanan secara totalitas, menyerahkan sepenuhnya kpd sang Pencipta dari apa yg ia percaya sbg sebuah keyakinan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Qur’an Surat 12 ayat 111:
Artinya: Sesungguhnya pd kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yg mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yg dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yg sebelumnya & menjelaskan segala sesuatu, & sbg petunjuk & rahmat bagi kaum yg beriman.
Betapa beratnya ujian & cobaan yg dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau harus menyembelih anak semata wayang, anak yg sangat disayang. Namun dgn asas iman, tulus ikhlas, taat & patuh akan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan utk menyembelih putra tercintanya Ismail, beliau memanggil putranya dgn pangilan yg diabadikan dalam Al Quran Surat Ash Shaafaat (37) ayat 102,
“ Maka tatkala anak itu sampai pd umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirlah apa pendapatmu?” “ Ia menjawab:” Hai bapakku, kerjakanlah apa yg diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yg sabar “
Ismail sbg anak shaleh, senantiasa patuh kpd orang tua, tdk pernah membantah perintah orang tua, setia membantu orang tua di antaranya membangun Ka’bah Baitullah di Makkah.
Ibrah atau pelajaran
- Sebagai orang tua atau pimpinan tdk bertindak otoriter atau sewenang-wenang. Orang tua yg baik adl orang tua yg mendidik anaknya dgn contoh & ketauladanan. Seorang pemimpin yg baik akan ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yg baik. Seorang pemimpin tdk diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya. Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tdk selalu memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyatnya.
- Peran sang Ibu dalam mendidik sehingga melahirkan anak yg sholeh.Peran Ibu sbg madrasah/sekolah utama & pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih & sel telur, diawali do’a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan byk dibacakan ayat2 Qur’an. Dari peran Ibulah, karakter anak sholeh dpt terbentuk. Intensitas pertemuan yg cukup, memungkinkan penanaman & sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, & perilaku terpuji lainnya dpt terinternalisasi pd diri anak.
- Pembentukkan anak sholeh tergantung dari orang tuaBanyak orang tua yg beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jdi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yg tdk tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah yg meskipun sering disebut sbg pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yg tdk kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran & pendidikan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd,
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqh Islam dikenal dgn istilah udh-hiyah, sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yg dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2,
“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu & berkorbanlah “ Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban & dagingnya kemudian disedekahkan kpd fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yg lbh luas.
Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas & mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad & para sahabat yg berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi & para sahabat itu ternyata harus dibayar dgn pengorbanan yg teramat berat yg diderita oleh Umat Islam di Mekkah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, & sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dgn batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dgn usus onta, Abu Lahab & Abu Jahal memperlakukan beliau dgn kasar & kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dgn batu besar yg panas ditengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, & seorang ibu yg bernama Sumayyah,ditusuk kemaluan beliau dgn sebatang tombak.
Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot utk tdk mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar & menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas.
Sejarah nabi Yusuf as yg disiksa & dibuang ke sebuah sumur tua oleh para saudaranya sendiri adl bagian dari pengorbanan beliau menegakkan kebenaran. Sejarah nabi Musa as yg mengalami tekanan, tdk hanya dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adl juga wujud dari pengorbanan beliau.
Pengorbanan Nabi Suaib juga dikisahkan dalam QS Al-A’raf, ayat 88,
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yg menyombongkan diri berkata: ”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib & orang-orang yg beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kpd agama kami”. Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tdk menyukainya?” (QS AL-A’raf ayat 88)
Qur’an Surat Ibrahim Ibrahim (14) ayat 12-13, (12) Mengapa kami tdk akan bertawakkal kpd Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kpd kami, & kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yg kamu lakukan kpd kami. Dan hanya kpd Allah saja orang-orang yg bertawakkal itu berserah diri”.
(13) Orang-orang kafir berkata kpd Rasul-rasul mereka: ”Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kpd agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kpd mereka: ”Kami pasti akan membinasakan orang-orang yg zalim itu.
Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di berbagai belahan dunia terlihat nyata di Palestina, Kashmir, Thailand Selatan, & Philipina Selatan. Dengan sikap & keyakinan mereka terhadap Islam, mereka harus mengalami berbagai penyiksaan & penindasan oleh penguasa. Umat Islam di Palestina menjadi gambaran betapa pengorbanan yg dipikul sangat berat. Mereka mengalami penyiksaan, penganiayaan, & bahkan blokade di kawasan Jalur Gaza oleh Israel laknatullah. Akan tetapi, umat Islam di Palestina tdk ada kata menyerah. Mereka terus berjuang membela martabat & kehormatan bangsa & agamanya. Sama halnya dgn yg terjadi di kawasan lain dunia.
Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengorbankan jiwa raga, harta benda utk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar masuk hutan memimpin tentara Indonesia berjuang melawan Belanda. Sikap para tokoh bangsa yg dipenjara, dibuang, & disiksa adl sbg wujud dari keyakinan mereka akan kebenaran. Ribuan nyawa yg mati adl pengorbanan mereka terhadap negeri ini. Tentu saja, mereka berkorban atas dasar sikap yg mereka percaya sbg sebuah kebenaran. Pengorbanan para pemuda di berbagai tempat di Indonesia menghadapi penjajah, adl sbg wujud dari sikap mereka mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa dilihat dari pengorbanan seorang pemimpin yg berusaha utk mensejahterakan rakyatnya, pengorbanan seorang isteri terhadap suami & anak-anaknya, serta sebaliknya, anak terhadap kedua orang tuanya.
Seorang pemimpin yg adil terhadap rakyatnya & berusaha memberikan kontribusinya bagi negaranya adl wujud pengorbanan. Seorang suami sbg kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi & membahagiakan keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kpd suaminya juga sbg wujud pengorbanan. Orang tua yg mendidik & membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi berhasil, adl juga wujud pengorbanan.
Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan adl sbg sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yg diperjuangan demi sebuah kebenaran.
”Dan mereka berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” Dan apakah Kami tdk meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yg aman, yg didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) utk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tdk mengetahui. (QS 28 ayat 57)
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Sekedar merenungi kembali momentum Idul Qurban, Kesanggupan Nabi Ibrahim menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yg membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah Taala memberi perintah seperti itu sbg peringatan kpd umat yg akan datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga & harta benda yg disayangi demi menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sbg khalifah Allah di muka bumi?
Hidup adl satu perjuangan & setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru kesediaan seseorang utk melakukan pengorbanan termasuk uang satu rupiah, tenaga & waktu, akan benar-benar menguji keimanan seseorang.
Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim & anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian yg dpt direnungi oleh semua manusia dari semua level usia & latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adl tuntutan paling besar yg ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa & negara.
Oleh KH.Yusuf Supendi,Lc
Mesjid Baitussalam, Perumahan Permata Puri Laguna,
Radar AURI, Mekar Sari Cimanggis, Depok
Jakarta, 10 Dzulhijah