Mozaik Islam
Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRISerat Centhini
Daftar Isi
- 1 Serat Centhini, terdiri atas 12 Kitab
- 2 Kitab Pupuh
- 3 Kitab Pupuh Pangkur
- 4 Kitab Pupuh Asmarandana
- 5 Kitab Pupuh Ginada
- 6 Kitab Pupuh Sinom
- 7 Kitab Pupuh Sinom Jawa Lir Ilir
- 8 Kitab Cerita Rakyat Jawa
- 9 Kitab Kawruh Bab
- 10 Kitab Nitisastra
- 11 Kitab Leluhur atau Kitab Purwa
- 12 Kitab Wirid Hidayat Jati
- 13 Kitab Aturan Mendirikan Masjid
Serat Centhini adalah sebuah naskah sastra Jawa yang sangat terkenal dan merupakan salah satu karya sastra terbaik dari Kesultanan Mataram pada abad ke-19. Naskah ini ditulis oleh seorang pengarang Jawa bernama Rangga Warsita pada tahun 1814 dan berisi tentang berbagai aspek kehidupan di Jawa pada masa itu.
Serat Centhini terdiri dari 12 buku yang masing-masing membahas topik yang berbeda-beda, seperti etika dan moralitas, agama dan spiritualitas, seni dan budaya, hingga kisah-kisah mitologi dan legenda Jawa. Isi dari naskah ini sangat kaya dan beragam, sehingga menjadi sumber informasi yang penting bagi studi kebudayaan Jawa pada masa lalu.
Dalam Serat Centhini, Rangga Warsita menggambarkan tentang gaya hidup, nilai-nilai, dan adat-istiadat yang ada di Jawa pada masa itu. Beberapa topik yang dibahas di dalam naskah ini adalah tentang nilai-nilai kehidupan seperti cinta, kesetiaan, persahabatan, dan kejujuran. Selain itu, Serat Centhini juga membahas tentang peran perempuan dalam masyarakat Jawa, khususnya dalam konteks keagamaan dan perkawinan.
Serat Centhini juga mengulas tentang kebudayaan Jawa, seperti seni musik dan tari, seni kaligrafi dan seni ukir. Naskah ini juga memuat cerita-cerita mitologi dan legenda Jawa yang terkenal, seperti kisah tentang Roro Jonggrang dan kisah tentang Panji. Serat Centhini juga memuat kritik terhadap kondisi sosial dan politik pada masa itu. Rangga Warsita mengkritik tindakan penguasa dan bangsawan yang seringkali mengeksploitasi rakyat jelata, serta menentang tindakan korupsi dan penindasan yang dilakukan oleh para pemimpin.
Serat Centhini, terdiri atas 12 Kitab
Berikut adalah judul masing-masing Kitab dalam Serat Centhini:
- Kitab Pupuh
- Kitab Pupuh Pangkur
- Kitab Pupuh Asmarandana
- Kitab Pupuh Ginada
- Kitab Pupuh Sinom
- Kitab Pupuh Sinom Jawa Lir Ilir
- Kitab Cerita Rakyat Jawa
- Kitab Kawruh Bab
- Kitab Nitisastra
- Kitab Leluhur
- Kitab Wirid Hidayat Jati
- Kitab Aturan Mendirikan Masjid
Setiap buku memiliki fokus dan topik yang berbeda-beda, namun secara keseluruhan Serat Centhini membahas berbagai aspek kehidupan pada masa itu dengan bahasa Jawa kuno.
Secara keseluruhan, isi dari Serat Centhini sangat beragam dan memberikan gambaran yang lengkap tentang kehidupan, budaya, dan sejarah Jawa pada masa itu. Naskah ini tidak hanya berisi informasi sejarah, tetapi juga berisi nilai-nilai moral dan spiritual yang sangat berharga bagi masyarakat Jawa. Serat Centhini merupakan salah satu karya sastra terbaik dari Indonesia dan menjadi bagian penting dari kebudayaan Jawa.
Kitab Pupuh
Kitab Pupuh adalah salah satu bab dalam Serat Centhini yang membahas tentang jenis-jenis pupuh, yaitu bentuk puisi tradisional dalam bahasa Jawa. Pupuh sendiri memiliki beberapa jenis, seperti pupuh macapat, pupuh sinom, pupuh pangkur, pupuh mijil, dan lain-lain.
Isi Kitab Pupuh berisi penjelasan mengenai jenis-jenis pupuh, cara membacanya, serta memahami isi yang terkandung di dalamnya. Hal ini penting karena pupuh merupakan salah satu bentuk kesusastraan yang kaya akan nilai budaya dan kearifan lokal Jawa.
Di dalam Kitab Pupuh, pembaca dapat menemukan contoh-contoh pupuh beserta analisis mengenai makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu, terdapat juga penjelasan mengenai sejarah dan perkembangan pupuh dari masa ke masa, serta peran pupuh dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Kitab Pupuh Pangkur
Kitab Pupuh Pangkur adalah salah satu bab dalam Serat Centhini yang berisi tentang jenis-jenis pupuh pangkur dan cara membaca serta memahami isi dalam pupuh tersebut. Pupuh pangkur merupakan jenis pupuh dalam sastra Jawa yang memiliki ciri khas pada pola gending atau iramanya yang terdiri dari lima atau enam adegan dengan iringan musik gamelan.
Isi dari Kitab Pupuh Pangkur terdiri dari beberapa subbab, di antaranya:
- Pengenalan Pupuh Pangkur Subbab ini membahas tentang pengertian pupuh pangkur, ciri-ciri pupuh pangkur, dan sejarah perkembangan pupuh pangkur dalam sastra Jawa.
- Jenis-jenis Pupuh Pangkur Subbab ini memuat tentang jenis-jenis pupuh pangkur, seperti pangkur kinanthi, pangkur macapat, pangkur pangkur, pangkur palaran, dan lain sebagainya. Setiap jenis pupuh pangkur dijelaskan secara rinci mengenai pola gending dan irama yang digunakan.
- Cara Membaca dan Memahami Isi dalam Pupuh Pangkur Subbab ini memberikan penjelasan tentang cara membaca dan memahami isi dalam pupuh pangkur, seperti cara membaca dan memahami petikan sajak dalam pupuh, serta cara memahami makna filosofis dari pupuh pangkur.
Terdapat juga kisah-kisah yang terkandung dalam pupuh pangkur, seperti kisah asmara antara Raja Ngabehi Loring Pasar dengan Dewi Sekartaji yang terdapat dalam pupuh pangkur Kinanthi, dan kisah-kisah lainnya yang memiliki nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Kitab Pupuh Asmarandana
Kitab Pupuh Asmarandana dalam Serat Centhini berisi tentang jenis-jenis pupuh asmarandana dan cara membacanya, serta kisah-kisah yang terkandung dalam pupuh tersebut. Pupuh asmarandana adalah jenis pupuh yang menceritakan tentang kisah asmara, baik asmara yang berakhir bahagia maupun asmara yang berakhir tragis.
Isi dari Kitab Pupuh Asmarandana terdiri dari beberapa pupuh, di antaranya:
- Pupuh Pangkur Asmarandana
- Pupuh Gambuh Asmarandana
- Pupuh Maskumambang Asmarandana
- Pupuh Ginanti Asmarandana
- Pupuh Durma Asmarandana
Setiap pupuh memiliki cerita yang berbeda-beda, namun semuanya berpusat pada kisah asmara. Misalnya, Pupuh Pangkur Asmarandana menceritakan tentang keindahan alam, sementara Pupuh Gambuh Asmarandana menceritakan tentang kisah cinta seorang raja dengan seorang ratu. Pupuh Maskumambang Asmarandana menceritakan tentang kisah seorang pria yang mencintai seorang wanita yang sangat jelita, sementara Pupuh Ginanti Asmarandana menceritakan tentang rindu seorang istri kepada suaminya yang telah lama meninggalkannya.
Secara umum, Kitab Pupuh Asmarandana berisi tentang kisah-kisah asmara yang indah dan penuh makna, yang dipresentasikan melalui sastra Jawa kuno dengan penggunaan bahasa dan istilah yang khas.
Kitab Pupuh Ginada
Kitab Pupuh Ginada adalah salah satu bagian dari Serat Centhini yang berisi tentang jenis-jenis pupuh ginada dan cara membaca serta memahami isi dalam pupuh tersebut. Pupuh ginada merupakan salah satu jenis puisi Jawa Kuno yang terdiri dari 12 bait, dengan pola irama yang khas dan biasanya dinyanyikan secara berkelompok.
Dalam Kitab Pupuh Ginada, dijelaskan bahwa setiap bait dalam pupuh ginada memiliki makna tersendiri, terkait dengan kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Beberapa contoh jenis pupuh ginada yang dijelaskan dalam kitab ini antara lain:
- Ginada Pangkur: pupuh ini mengandung pesan tentang keindahan alam dan kebersamaan dalam menjaga kelestarian lingkungan.
- Ginada Palaran: pupuh ini membahas tentang kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan, dan pentingnya menjaga sikap rendah hati dan menghargai orang lain.
- Ginada Dhandhanggula: pupuh ini mengajarkan tentang pentingnya berjuang dan menghadapi tantangan dalam kehidupan, serta memperlihatkan keindahan karya seni dan musik.
Selain itu, Kitab Pupuh Ginada juga memuat penjelasan tentang cara membaca dan memahami isi dalam pupuh ginada, serta contoh-contoh penggunaannya dalam berbagai acara adat atau upacara dalam budaya Jawa.
Kitab Pupuh Sinom
Kitab Pupuh Sinom merupakan salah satu bab dalam Serat Centhini yang membahas tentang jenis-jenis pupuh sinom dan cara membaca serta memahami isi dalam pupuh tersebut. Pupuh Sinom sendiri merupakan salah satu jenis pupuh yang digunakan dalam sastra Jawa kuno, khususnya dalam bentuk tembang macapat.
Dalam Kitab Pupuh Sinom, dijelaskan tentang beberapa jenis pupuh sinom yang terkenal, seperti pupuh sinom pangkur, pupuh sinom wilet, pupuh sinom kinanthi, pupuh sinom candrakirana, pupuh sinom pucung, pupuh sinom parikan, dan masih banyak lagi. Setiap jenis pupuh sinom memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing, baik dari segi bentuk, pola irama, maupun makna yang terkandung dalam tiap barisannya.
Selain itu, dalam Kitab Pupuh Sinom juga dijelaskan tentang teknik membaca dan memahami isi dalam pupuh sinom, seperti cara memahami arti kata, makna filosofis, serta cara menyampaikan pesan moral atau pesan-pesan lain yang terkandung dalam tiap barisannya. Hal ini membuat pupuh sinom tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga memiliki nilai pendidikan dan kearifan lokal yang sangat penting bagi masyarakat Jawa kuno maupun masa kini.
Kitab Pupuh Sinom Jawa Lir Ilir
Kitab Pupuh Sinom Jawa Lir Ilir adalah salah satu bagian dari Serat Centhini yang membahas tentang pupuh sinom yang terkenal yaitu Lir Ilir. Isi dari kitab ini adalah penjelasan tentang pupuh sinom Lir Ilir, cara membacanya, dan makna-makna yang terkandung di dalamnya. Pupuh Lir Ilir sendiri merupakan pupuh yang banyak dikenal oleh masyarakat Jawa karena memiliki makna yang dalam dan sering dinyanyikan pada berbagai acara adat atau upacara. Kitab Pupuh Sinom Jawa Lir Ilir juga menyajikan cerita tentang sejarah dan asal-usul dari pupuh Lir Ilir, serta bagaimana cara mengambil hikmah dan pelajaran dari pupuh tersebut.
Kitab Cerita Rakyat Jawa
Kitab Cerita Rakyat Jawa dalam Serat Centhini berisi kumpulan cerita rakyat Jawa yang populer pada masa lalu. Berikut adalah beberapa contoh cerita rakyat yang terdapat di dalam kitab ini:
- Cerita Roro Jonggrang Cerita ini menceritakan tentang seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang yang berhasil membangun seribu candi dalam satu malam demi menolak lamaran sang raja. Cerita ini mengandung unsur legenda dan mitos yang banyak dijumpai pada kebudayaan Jawa.
- Cerita Jaka Tarub Cerita ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Jaka Tarub yang menemukan seorang bidadari sedang mandi di sungai. Ia berhasil mencuri kain bidadari yang tergantung di tepi sungai dan akhirnya menikah dengan sang bidadari. Cerita ini sering dijadikan sebagai contoh moral tentang kebaikan hati dan jujur.
- Cerita Lutung Kasarung Cerita ini menceritakan tentang seorang putri dari kerajaan yang diasingkan oleh ibunya karena cemburu. Putri tersebut kemudian bertemu dengan seekor lutung yang membantunya dalam menghadapi berbagai rintangan. Cerita ini mengandung pesan tentang kebijaksanaan dan kepercayaan.
- Cerita Timun Mas Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan muda bernama Timun Mas yang melarikan diri dari pengorbanan pada saat dilangsungkan upacara adat. Timun Mas kemudian berpetualang dan mendapatkan bantuan dari hewan-hewan seperti kancil, monyet, dan ayam untuk menghindari kejaran iblis. Cerita ini juga mengandung pesan tentang kebijaksanaan dan kepercayaan.
- Cerita Keong Mas Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan muda bernama Keong Mas yang terlahir dari sebuah telur keong. Ia kemudian dibesarkan oleh seorang raja dan menjadi seorang putri yang cantik. Namun, ia akhirnya harus kembali ke dunia keong setelah mengetahui bahwa ia sebenarnya adalah putri dari dunia keong. Cerita ini mengandung pesan tentang nilai-nilai kebersamaan dan kerendahan hati.
Kitab Kawruh Bab
Kitab Kawruh Bab dalam Serat Centhini membahas tentang berbagai aspek kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Jawa, seperti adat-istiadat, tata krama, dan cara-cara melakukan aktivitas tertentu. Buku ini terdiri dari beberapa bab, di antaranya:
- Bab Tata Krama Bab ini membahas tentang tata krama dalam kehidupan sehari-hari, seperti sopan santun dalam bertutur kata, adab makan, cara berpakaian, dan sebagainya.
- Bab Tatalaksana Bab ini membahas tentang tata cara melakukan berbagai aktivitas, seperti cara membuat berbagai macam senjata tradisional, cara merawat kuda, dan sebagainya.
- Bab Adat-istiadat Bab ini membahas tentang adat-istiadat yang harus diikuti dalam masyarakat Jawa, seperti adat perkawinan, adat kelahiran, dan sebagainya.
- Bab Tajug-tajug Bab ini membahas tentang bangunan-bangunan suci yang ada di masyarakat Jawa, seperti tajug (tempat suci) dan penjelasan tentang ritual yang dilakukan di tempat tersebut.
- Bab Urang-aring Bab ini membahas tentang tata cara dalam meramal nasib seseorang dengan menggunakan urang-aring atau kalender Jawa.
- Bab Kalender Jawa Bab ini membahas tentang penggunaan kalender Jawa dalam kehidupan sehari-hari, seperti menentukan hari baik dan buruk untuk melakukan aktivitas tertentu.
- Bab Primbon Bab ini membahas tentang ilmu primbon atau ramalan yang dipercaya oleh masyarakat Jawa, seperti cara membaca garis tangan, arti dari berbagai macam mimpi, dan sebagainya.
Isi buku Kawruh Bab ini memberikan gambaran yang lengkap tentang kehidupan masyarakat Jawa pada masa lalu, yang masih memegang erat adat dan tradisi nenek moyang mereka.
Kitab Nitisastra
Kitab Nitisastra, juga dikenal sebagai Niti Sastra atau Nitisara, adalah salah satu kitab dalam Serat Centhini yang membahas tentang etika dan moralitas. Kitab ini memuat ajaran-ajaran mengenai tata cara hidup yang baik dan benar, termasuk tentang hubungan sosial, agama, dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Isi Kitab Nitisastra terdiri dari beberapa bab, di antaranya:
- Bab tentang Tata Krama dan Etika Bab ini membahas tentang etika dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara bersikap dan berbicara yang baik, serta bagaimana bersikap dalam berbagai situasi.
- Bab tentang Sifat-sifat Manusia Bab ini membahas tentang sifat-sifat manusia yang baik dan buruk, serta bagaimana mengembangkan sifat-sifat yang baik dan memperbaiki sifat-sifat yang buruk.
- Bab tentang Kebijaksanaan Hidup Bab ini membahas tentang bagaimana hidup dengan bijaksana, termasuk tentang mengambil keputusan yang tepat dan memahami tujuan hidup.
- Bab tentang Keadilan dan Pemerintahan Bab ini membahas tentang prinsip-prinsip keadilan dan pemerintahan yang baik, termasuk tentang cara mengatur kehidupan bersama dan membangun masyarakat yang adil dan merata.
- Bab tentang Agama dan Kehidupan Spiritual Bab ini membahas tentang hubungan antara agama dan kehidupan spiritual, serta bagaimana memperkuat iman dan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
Isi Kitab Nitisastra sangat relevan untuk dipelajari hingga saat ini karena masih dapat memberikan panduan tentang cara hidup yang baik dan benar dalam masyarakat.
Kitab Leluhur atau Kitab Purwa
Kitab Leluhur atau Kitab Purwa merupakan salah satu bab dalam Serat Centhini yang membahas tentang kepercayaan dan keagamaan. Berikut ini adalah beberapa subbab yang terdapat dalam Kitab Leluhur:
- Kitab Siwa-Buddha: membahas tentang kepercayaan Hindu-Buddha yang berkembang di Jawa pada masa itu.
- Kitab Tuhan: membahas tentang konsep Tuhan menurut kepercayaan Hindu-Buddha dan Islam.
- Kitab Haji: membahas tentang ibadah haji dan umrah dalam agama Islam.
- Kitab Kramat: membahas tentang tempat-tempat suci dan keramat yang dipercayai oleh masyarakat Jawa.
- Kitab Tumbal: membahas tentang pengorbanan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa pada masa itu, baik dalam bentuk binatang maupun benda.
- Kitab Penanggalan: membahas tentang sistem penanggalan yang digunakan pada masa itu, yaitu penanggalan Jawa.
- Kitab Nasehat: berisi nasehat-nasehat kehidupan yang bermanfaat untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, Kitab Leluhur membahas tentang kepercayaan dan agama yang dipercayai oleh masyarakat Jawa pada masa itu, serta memberikan nasehat-nasehat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kitab Wirid Hidayat Jati
Kitab Wirid Hidayat Jati adalah salah satu bab dari Serat Centhini yang membahas tentang wirid atau doa-doa dalam agama Islam. Wirid sendiri merupakan doa-doa yang diajarkan oleh para leluhur Jawa yang telah memeluk agama Islam. Dalam kitab ini, disebutkan beberapa wirid yang dianggap penting dan sering diamalkan oleh masyarakat Jawa, seperti wirid Al-Fatihah, wirid Al-Ikhlas, wirid Asmaul Husna, dan lain sebagainya. Selain itu, juga terdapat penjelasan tentang makna dari setiap ayat dalam wirid tersebut, serta manfaat yang bisa didapatkan dari mengamalkannya secara rutin. Kitab Wirid Hidayat Jati merupakan salah satu bukti keberagaman agama dan budaya yang terdapat di Indonesia, di mana agama Islam telah diadaptasi dan digabungkan dengan budaya setempat.
Kitab Aturan Mendirikan Masjid
Kitab Aturan Mendirikan Masjid, juga dikenal sebagai Kitab Mantra Kramat, berisi tentang tata cara pembangunan masjid dan prosedur dalam upacara pembukaan atau peresmian masjid. Kitab ini juga memuat petunjuk mengenai etika dan perilaku dalam masjid, termasuk aturan mengenai salat dan ibadah lainnya di dalamnya. Selain itu, terdapat pula keterangan mengenai simbol dan makna arsitektur masjid, serta beberapa doa dan mantra yang dapat diucapkan dalam berbagai situasi di dalam masjid. Kitab ini sangat penting bagi umat Islam, terutama bagi mereka yang terlibat dalam proses pembangunan masjid atau perawatan serta pengelolaan masjid.