Mozaik Islam
Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRIMalu
Segala puji bagi Allah, shalawat & salam kpd Rasulullah saw, & aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yg berhak disembah dgn sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa & tiada sekutu bagiNya, & aku bersaksi bahwa Muhammad adl hamba & utusanNya. Wa Ba’du:
Sesungguhnya di antara sifat terpuji yg diseru oleh syara’ adl sifat malu. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nabi Musa alaihis salam pd saat beliau membantu memberikan minum bagi kedua orang wanita:
Kemudian datanglah kpd Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami“. Al Qur’an Surat: Al-Qoshos: 25
Dari sa’id bin Zaid ra bahwa seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah berilah aku wasiat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku berwasiat kepadamu agar kamu malu kpd Allah sebagaimana engkau malu kpd seorang lelaki shaleh dari kaummu”.
Dari Ibnu Mas’ud Al-badari ra bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya di antara perkataan yg di dapatkan dari nubuwah yg pertama: Apabila engkau tdk malu maka lakukanlah apa saja yg engkau kehendaki”.
Hadits ini sbg dalil yg menunjukkan bahwa malu sebgai perisai bagi seseorang dari tindakan yg bisa memudharatkannya pd agamanya atau merusak akhlak & muru’ahnya, sebab jika seseorang terlepas dari sifat malu ini maka dia tdk akan menghiraukan apapun keburukan yg dilakukannya.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Iman itu memiliki tujuhpuluhan cabang atau enampuluhan cabang, yg paling utama adl uacapan: لا إله إلا الله (tiada tuhan yg berhak disembah dgn sebenarnya selain Allah) & yg paling rendah adl menghilangkan gangguan dari jalan & iman adl satu bagian dari cabang tersebut”.
Bangsa Arab pd masa jahilyah menghiasi diri mereka dgn sifat malu ini. Abu Sufyan, sebelum keislamannya pd saat dia berhadapan dgn Heraklius, Raja Romawi utk bertanya kepadanya tentang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia memberitahukan tentang diri pribadinya: Seandainya bukan karena rasa malu terhadap perasaan bahwa mereka mendapatiku berdusta maka aku pasti berbohong kepadanya”.
Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata: Dan akhlak malu ini termasuk akhlak yg paling baik mulia, agung., lbh byk manfaatanya, sifat ini merupakan sifat khsusus bagi kemanusiaan, maka orang yg tdk memiliki rasa malu berarti tdk ada bagi dirinya sifat kemanusiaan kecuali dagingnya, darahnya & bentuk fisiknya. Selain itu, dia tdk memiliki kebaikan apapun, & kalaulah bukan karena sifat ini, yaitu rasa malu maka tamu tdk akan dihormati, janji tdk ditepati, amanah tdk ditunaikan & kebutuhan seseorang tdk akan pernah terpenuhi, serta seseorang tdk akan berusaha mencari sifat-sifat yg baik utk dikerjakan & sifat-sifat yg buruk utk dijauhi, aurat tdk akan ditutup & seseorang tdk akan tercegah dari perbuatan mesum, sebab faktor utama yg mendorong seseorang melakukan hal ini baik faktor agama, yaitu dgn mengharapkan balasan & akibat yg baik (dari sifat yg mulia ini) atau faktor duniawi yaitu perasaan malu orang yg melakukan keburukan terhadap sesama makhluk. Sunnguh telah jelas bahwa kalaulah bukan karena rasa malu terhadap Allah, Al-Khalik & sesama makhluk maka pelakunya maka kebaikan tdk akan pernah tersentuh & keburukan tdk akan pernah dijauhi…..dan setererusnya”.
Umar ra berkata: Barangsiapa yg rasa malunya sedikit maka sifat waro’nyapun berkurang & barangsiapa yg sifat wara’nya berkurang maka hatinya pasti akan mati”.
Dari Abdillah bin Amr bin Ash ra berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati seorang lelaki dari kaum Anshor & dia sedang menasehati saudaranya tentang sifat malu, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Biarkanlah dia sebab sifat malu adl bagian dari iman”.
Seorang penyair berkata:
Apabila engkau tdk takut akibat yg terjadi pd waktu malam
Dan tdk malu maka perbuatlah segala apa yg engkau kehendaki
Demi Allah! tiada kebaikan yg bisa diharap dalam kehidupan ini Dan tiada pula manfaat bagi dunia ini apabila sifat malu telah sirna
Seseorang tetap hidup dalam kebaikan selama dia memiliki rasa malu
Dan tangkai tetap tegak selama kulit yg melapisinya masih menetap.
Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata: Salah akibat kemaksiatan adl hilangnya rasa malu sbg unsur utama hidupnya hati, dia adl pandasi setiap kebaikan, maka menghilangnya rasa malu dari seseorang berarti sirnahnya seluruh kebaikan. Disebutkan di dalam hadits yg shahih: “Rasa malu itu tdk mendatangkan kecuali kebaikan”.
Maksudnya adl dosa-dosa akan melemahkan rasa malu seorang hamba bahkan akan menghilangkannya secara keseluruhan, bahkan terkadang dia tdk merasakan adanya pandangan & pengetahuan manusia terhadap kondisi & keadaannya yg buruk, selain itu byk orang yg justru asyik menceritakan keburukan dirinya & kebusukan apa yg telah diperbuatnya. Faktor utama yg mendorongnya berbuat demikian adl sirnanya rasa malu. Lalu pd saat seseorang telah sampai pd tingkat ini maka kebaikan tdk bisa diharapkan dari dirinya, & barangsiapa yg malu bermaksiat kpd Allah maka Allah-pun malu menyiksanya pd hari dirinya menghadap kpd Allah & barangsiapa yg tdk malu bermaksiat kpd Allah maka Allah tdk malu menimpakan siksa atas dirinya”.
Contohnya adl orang yg bepergian ke luar negeri hanya utk mencari kesenangan & syahwat, lalu salah seorang di antara mereka bangga menceritakan kebinalan yg pernah dilakukannya dari minum khamar & berbuat zina atau kemaksiatan yg lainnya. Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yg menampakkan kemaksiatannya, termasuk menampakkan kemaksiatan adl bahwa seseorang berbuat mesum pd waktu malamnya lalu pd waktu paginya padahal Allah telah menutupi kemaksiatannya, namun dia mengatakan: Wahai fulan tadi malam aku telah berbuat ini & ini, kemaksiatannya telah ditutupi oleh Allah lalu pd waktu pagi dia menyingkap apa yg telah disembunyikan oleh Allah”.
Mereka ini mendapatkan bagian dari apa yg disebutkan oleh firman Allah swt:
Sesungguhnya orang-orang yg ingin agar (berita) perbuatan yg amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yg beriman, bagi mereka azab yg pedih di dunia & di akhirat. & Allah mengetahui, sedang, kamu tdk Mengetahui. Al Qur’an Surat: Al-Nur: 19
Ada sebuah perkara yg mesti diperhatikan, yaitu meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar tdk termasuk bagian dari sifat malu. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
dan Allah tdk malu (menerangkan) yg benar. Al Qur’an Surat: Al-Ahzab: 53
Imam Nawawi berkata: Terkadang orang merasa bingung, di mana seseorang yg pemalu merasa malu mengarahkan orang yg dihormatinya kpd kebenaran, shingga akhirnya dia meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, terkadang rasa malu membawanya utk meninggalkan beberapa haknya. Maka jawaban terhadap perkara ini adl apa yg telah diungkapkan oleh para ulama, seperti Abu Amr bin Ashalah bahwa perkara ini tdk termasuk di dalam kategori malu, bahkan dia termasuk kelemahan & kehinaan serta kehancuran. Sebab malu yg sebenarnya adl sebuah sifat baik yg mendorong seseorang meninggalkan perbuatan buruk & mencegah seseorang dari melalaikan hak orang lain”.
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menganjurkan amar ma’ruf nahi mungkar & memerintahkan utk merubahnya. Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa di antara kalian yg melihat kemungkaran maka hendakalah dia merubahnya dgn tangannya, & jika dia tdk mampu maka hendaklah dia merubahnya dgn lisannya & apabila dia tdk mampu maka hendaklah dia merubahnya dgn hatinya & itulah selemah-lemah keimanan”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat & salam kpd Nabi kita Muhammad & kpd seluruh keluarga & shahabatya.
Dr. Amin Abdullah Asy-Syaqawy, Terjemah : Muzaffar Sahidu Mahsun, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad