Mozaik Islam
Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRIBermaafan Sebelum Puasa Ramadhan, Apakah Ada Dalilnya?
Assalamu ‘alaikum wr wb,
Apakah bermaaf-maafan sebelum memasuki bulan Ramadhan sejalan dgn hadis Rasulullah SAW? Bila ya, bisa Ustadz tolong jelaskan dgn hadisnya.
Jawaban
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Sepanjang apa yg kami ketahui, sampai saat ini -wallahu a’lam- kami masih belum menemukan nash hadits yg menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan atau mencontohkan kita utk saling bermaafan, khususnya pd saat menjelang masuknya bulan Ramadhan.
Entahlah barangkali ada Ustadz atau ulama hadits yg menemukan dalilnya. Tentu kalau ada & shahih serta eksplisit redaksinya, kita pun perlu utk melakukannya. Adapun bermaaf-maafan secara umum, tdk terkait dgn masuknya bulan Ramadhan, sudah tdk perlu dipermasalahkan lagi.
Begitu byk dalil utk meminta maaf & memberi maaf. Salah satunya adl firman Allah Subhanahu wa ta’ala berikut ini:
فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maka ma’afkanlah & biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Al Qur’an Surat: Al-Baqarah: 109)
Demikian juga di dalam ayat lain disebutkan bahwa memaafkan orang lain adl sifat orang bertaqwa. Sementara tujuan kita berpuasa adl juga agar kita menjadi orang yg bertaqwa.
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan bersegeralah kamu kpd ampunan dari Tuhanmu & kpd surga yg luasnya seluas langit & bumi yg disediakan utk orang-orang yg bertakwa, yaitu orang-orang yg menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, & orang-orang yg menahan amarahnya & mema’afkan orang. Allah menyukai orang-orang yg berbuat kebajikan.(Al Qur’an Surat: Ali Imran: 132-133)
Di dalam ayat lain, disebutkan bahwa memaafkan kesalahan orang lain itu mendekatkan kita kpd sifat taqwa. Dan taqwa adl tujuan dari kita berpuasa.
وَأَن تَعْفُواْ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
Dan memberi maaf itu lbh dekat kpd takwa. (Al Qur’an Surat: Al-Baqarah: 237)
Memaafkan kesalahan orang lain adl sebuah ibadah yg mulia. Dan sbg muslim, Allah Subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan kita utk memberi maaf kpd orang lain. Sehingga hukum memberi maaf itu adl fardhu ‘ain, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala berikut ini:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلينَ
Jadilah engkau pema’af & suruhlah orang mengerjakan yg ma’ruf, serta berpalinglah dari pd orang-orang yg bodoh.(Al Qur’an Surat: Al-A’raf: 199)
Selain itu, memaafkan kesalahan orang lain yg telah berbuat salah itu akan diganjar oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dgn ampunan atas dosa-dosa kita kpd Allah.
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ألاَ تُحِبُّونَ أنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ
Dan hendaklah mereka mema’afkan & berlapang dada. Apakah kamu tdk ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adl Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Qur’an Surat: An-Nuur: 22)
Meskipun seorang yg dizhalimi dibenarkan utk membalas, namun memaafkan jauh lbh baik, dimana Allah akan memberi ganjaran & pahala tersendiri.
وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan sesuatu kejahatan adl kejahatan yg serupa, maka barang siapa mema’afkan & berbuat baik maka pahalanya atas Allah. Sesungguhnya Dia tdk menyukai orang-orang yg zalim.(Al Qur’an Surat: Asy-Syura: 40)
Momentum utk Saling Memaafkan
Secara umum saling bermaafan itu dilakukan kapan saja, tdk harus menunggu momentum Ramadhan atau ‘Idul Fithr. Karena memang tdk ada hadits atau atsar yg menunjukkan ke arah sana.
Namun kalau kita mau telusuri lbh jauh, mengapa sampai muncul trend demikian, salah satu analisanya adl bahwa bulan Ramadhan itu adl bulan pencucian dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu.
عن أَبي هُرَيرَة أنَّ رسول الله قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيماناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ – متفقٌ عَلَيْهِ
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yg menegakkan Ramadhan dgn iman & ihtisab, maka Allah telah mengampuni dosanya yg telah lalu. (HR Bukhari & Muslim)
Kalau Allah Subhanahu wa ta’ala sudah menjanjikan pengampunan dosa, maka tinggal memikirkan bagaimana meminta maaf kpd sesama manusia. Sebab dosa yg bersifat langsung kpd Allah Subhanahu wa ta’ala pasti diampuni sesuai janji Allah SWT, tapi bagaimana dgn dosa kpd sesama manusia?
Jangankan orang yg menjalankan Ramadhan, bahkan mereka yg mati syahid sekalipun, kalau masih ada sangkutan dosa kpd orang lain, tetap belum bisa masuk surga.
Oleh karena itu, biar bisa dipastikan semua dosa terampuni, maka selain minta ampun kpd Allah di bulan Ramadhan, juga meminta maaf kpd sesama manusia, agar bisa lbh lengkap. Demikian latar belakangnya.
Maka meski tdk ada dalil khusus yg menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan saling bermaafan menjelang Ramadhan, tetapi tdk ada salahnya bila setiap orang melakukannya. Memang seharusnya bukan hanya pd momentum Ramadhan saja, sebab meminta maaf itu dilakukan kapan saja & kpd siapa saja.
Idealnya yg dilakukan bukan sekedar berbasa-basi minta maaf atau memaafkan, tetapi juga menyelesaikan semua urusan, seperti hutang-hutang & lainnya. Agar ketika memasuki Ramadhan, kita sudah bersih dari segala sangkutan kpd sesama manusia.
Beramaafan boleh dilakukan kapan saja, menjelang Ramadhan, sesudahnya atau pun di luar bulan itu. Dan rasanya tdk perlu kita sampai mengeluarkan vonis bid’ah bila ada fenomena demikian, hanya lantaran tdk ada dalil yg bersifat eksplisit.
Sebab kalau semua harus demikian, maka hidup kita ini akan selalu dibatasi dgn beragam bid’ah. Bukankah ceramah tarawih, ceramah shubuh, ceramah dzhuhur, ceramah menjelang berbuka puasa, bahkan kepanitiaan i’tikaf Ramadhan, pesantren kilat Ramadhan, undangan berbuka puasa bersama, semuanya pun tdk ada dalilnya yg bersifat eksplisit?
Lalu apakah kita akan mengatakan bahwa semua orang yg melakukan kegiatan itu sbg ahli bid’ah & calon penghuni neraka? Kenapa jdi mudah sekali membuat vonis masuk neraka?
Apakah semua kegiatan itu dianggap sbg sebuah penyimpangan esensial dari ajaran Islam? Hanya lantaran dianggap tdk sesuai dgn apa terjadi di masa nabi?
Kita umat Islam tetap bisa membedakan mana ibadah mahdhah yg esensial, & mana yg merupakan kegiatan yg bersifat teknis non-formal. Semua yg disebutkan di atas itu hanya semata kegiatan utk memanfaatkan momentum Ramadhan agar lbh berarti. Sama sekali tdk ada kaitannya dgn niat utk merusak & menambahi masalah agama.
Namun kita tetap menghormati kecenderungan saudara-saudara kita yg gigih mempertahankan umat dari ancaman & bahaya bid’ah. Insya Allah niat mereka baik & luhur.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis: Ahmad Sarwat, Lc