Mozaik Islam
Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRIMengkondisikan Lingkungan Anak Agar Memperoleh Teman-teman Yang Saleh
Manusia secara tabiat naluriah suka bersosialisasi dan butuh kepada orang lain, berbicara dengannya, menyertai kegelisahan, kesedihan dan kegembiraannya. Teman memiliki pengaruh yang amat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Orang dahulu mengatakan: “Katakan kepadaku siapa temanmu akan aku katakan siapa engkau.”
Dalam sebuah syair: Jangan bertanya kepada seseorang tentang dirinya tetapi tanyalah setiap temannya, dengan temannya kamu akan mengetahuinya Sudah seharusnya para ayah dan ibu membenamkan putra putri mereka dalam lingkungan yang saleh, agar dapat menyerap kebaikan dan tumbuh di atasnya. Teman memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam mempengaruhi perangai dan memotivasi temannya. Sehingga amat penting bagi anak kita memiliki teman yang berakhlak dan beragama.
Tidaklah cukup pengetahuan kita akan bapaknya menjadikan kita tenang bahwa anak kita telah memiliki teman yang sesuai. Sebagaimana pula wajib ditanamkan bahwa pertemanan itu hendaknya terikat dengan ikatan syariat.
Pentingnya Teman Yang Saleh
Dari Abu Musa al-Atsari –radiallahu’anhu– dari Rasulullah –salallahu alaihi wasallam-, beliau bersabda:
((إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً))
“Sesungguhnya permisalan teman duduk yang saleh dan yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi boleh jadi memberimu minyak, menjualnya kepadamu atau engkau dapati bau wanginya. Sedangkan pandai besi boleh jadi membakar bajumu atau engkau dapati bau tak sedap darinya.”
Nabi –shalallahu alaihi wasallam- mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda –radiallahu’anhu-.
Suatu kali Salman mengunjungi Abu Darda dan didapatinya Umu Darda dalam keadaan murung. “Ada apa denganmu?” Tanya Salman. “Saudaramu, Abu Darda sudah tidak berhajat dengan dunia…” Jawab Umu Darda. Abu Darda pun muncul. Salman dibuatkan makanan. Abu Darda berkata: “Makanlah! Adapun aku, aku sedang puasa.”
“Aku tidak mau makan hingga engkau mau makan bersamaku.” Jawab Salman. Abu Darda akhirnya ikut makan. Ketika datang malam, Abu Darda bangun dari tidurnya hendak melakukan shalat malam. Salman berkata kepadanya: “Tidurlah!” Abu Darda pun tidur lagi. Tidak lama kemudian Abu Darda bangun lagi hendak melakukan shalat malam. “Tidurlah!” Perintah Salman lagi. Ketika masuk akhir malam Salman berkata: “Bangun dan salatlah sekarang..!” Keduanya pun shalat.
Salman berkata kepada Abu Darda: “Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak atas dirimu, tubuhmu juga memiliki hak atas dirimu dan keluargamu pun memiliki hak atas dirimu. Berikanlah setiap pemilik hak akan hak-haknya.’ Ketika Nabi –shalallahu alaihi wasallam– datang dan diceritakan kepadanya, beliau bersabda: “Salman benar.”
As-Syafi’i –rahimahullah– berkata: “Tersesatnya orang berilmu dikarenakan tidak memiliki teman, tersesatnya orang bodoh karena kepicikan akalnya, dan yang paling sesat adalah mereka yang berteman dengan orang yang tidak ada akalnya.
As-Sho’lûki berkata: “Jika rida makhluk keterbatasannya tidak dapat diketahui, maka rida Allah keluasannya tidak ada batasnya. Kita membutuhkan 10 teman untuk 10 waktu.”
Sumber Mengkondisikan Lingkungan Anak Agar Memperoleh Teman-teman Yang Saleh. islamhouse.com: Potongan artikel 30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama. Salim Sholih Ahmad Ibn Madhi. Terjemah: Syafar Abu Difa. Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad