Mozaik Islam
Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRIPerpindahan Ibukota dari Banten Girang ke Banten Lama
Daftar Isi
Fase awal penyebaran Islam di Banten adalah fase yang berarti dalam sejarah Banten. Pada masa ini, terjadi transformasi agama dari kerajaan yang bercorak Hinduistik menjadi Islam dan mulai berkembangnya Banten sebagai pelabuhan alternatif setelah Malaka.
Proses Awal Penaklukan Banten: Proses awal penaklukan Banten terjadi pada tahun 1478 Masehi menurut Sajarah Banten. Namun, tidak menutup kemungkinan jika proses penaklukan dalam sumber Sajarah Banten itu terhitung sejak kedatangan wangsa Islam untuk pertama kalinya di wilayah Banten.
Perpindahan Pusat Pemerintahan: Pada tahun 1526, orang-orang Islam berhasil menghimpun kekuatan politik dan sudah cukup kuat, sehingga mereka berani menduduki pusat pemerintahan Banten Girang. Sekaligus memindahkan pusat kota dari Banten Girang ke Banten Lama yang lebih dekat dengan pesisir.
Pemindahan Pusat Pemerintahan Banten: Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama di Kesultanan Banten, memimpin Banten setelah berhasil mengalahkan Prabu Pucuk Umun di Banten Girang. Kebijakan pertama dalam pemerintahannya adalah memindahkan pusat kerajaan dari Banten Girang ke Banten Lama.
Penetapan Posisi Dalem, Benteng, Pasar, dan Alun-Alun: Sunan Gunung Jati menentukan posisi dalem (istana), benteng, pasar, dan alun-alun yang harus dibangun. Tempat ini kemudian diberi nama Surosowan dan menjadi Ibu kota Kerajaan Islam Banten, setelah penaklukan Banten Girang oleh orang-orang Islam.
Tanggal Pemindahan Ibukota: Pemindahan ibukota Banten dari Banten Girang ke Surosowan (Banten Pesisir) terjadi pada tanggal 1 Muharram 933 Hijriah yang menurut Tabel Wuskfeld, bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 Masehi.
Perpindahan Pusat Kerajaan Banten: Perpindahan pusat Kerajaan Banten dari suatu tempat ke tempat lain, bukanlah hal yang asing di dalam perjalanan sejarah Indonesia. Kasus serupa dapat ditemui pada perpindahan pusat Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, untuk kemudian kembali lagi ke Jawa Tengah. Bahkan pada masa pemerintahan Raja Airlangga (Medang Kamulan) saja, beberapa kali pusat kerajaan berpindah-pindah.
Dampak Perpindahan Ibukota dari Banten Girang ke Banten Lama
Perpindahan ibukota dari Banten Girang ke Banten Lama memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan Kota Banten dan Kesultanan Banten. Beberapa dampak tersebut antara lain:
- Meningkatkan Perkembangan Pelabuhan Banten
Dengan dipindahkannya ibukota ke Banten Lama yang lebih dekat dengan pesisir, maka pelabuhan Banten menjadi semakin ramai dan berkembang pesat. Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran dagang yang semakin intensif antara Banten dengan berbagai negara di Asia Tenggara.
- Mendorong Perkembangan Pusat Pemerintahan dan Kebudayaan
Dengan pindahnya pusat pemerintahan ke Banten Lama, maka berkembanglah pusat-pusat kebudayaan seperti seni, sastra, dan pendidikan. Para ulama dan intelektual Islam pun berdatangan ke Banten Lama untuk berdiskusi dan bertukar informasi mengenai agama dan budaya.
- Meningkatkan Pertahanan Wilayah Banten
Dengan lokasi ibukota yang baru yang lebih dekat dengan pesisir, maka pertahanan wilayah Banten menjadi lebih kuat. Hal ini dikarenakan letak Banten Lama yang strategis dan mudah diakses dari laut, sehingga memungkinkan Banten untuk lebih siap menghadapi ancaman dari luar.
- Meningkatkan Status dan Pengaruh Kesultanan Banten
Perpindahan ibukota ke Banten Lama juga memberikan dampak positif bagi status dan pengaruh Kesultanan Banten di kancah nasional dan internasional. Dengan perkembangan yang pesat, Kesultanan Banten menjadi semakin terkenal dan diakui oleh negara-negara lain sebagai kekuatan politik dan ekonomi yang penting di kawasan Asia Tenggara.
Perbedaan Karakteristik antara Banten Girang dan Banten Lama
Selain dampak yang signifikan, terdapat juga perbedaan karakteristik antara Banten Girang dan Banten Lama sebagai tempat ibukota Kesultanan Banten. Beberapa perbedaan tersebut antara lain:
- Letak Geografis
Banten Girang terletak di pedalaman yang jauh dari pesisir, sedangkan Banten Lama terletak di dekat pesisir. Hal ini membuat Banten Girang lebih sulit diakses dan terisolasi dari perdagangan internasional dibandingkan dengan Banten Lama.
- Kehidupan Sosial
Banten Girang lebih terisolasi dan tertutup daripada Banten Lama yang menjadi pusat perdagangan dan pertukaran budaya. Hal ini membuat kehidupan sosial di Banten Girang cenderung lebih konservatif, sedangkan Banten Lama lebih terbuka terhadap pengaruh dari luar.
- Arsitektur dan Budaya
Banten Girang memiliki arsitektur yang kental dengan gaya Hindu-Buddha, sedangkan Banten Lama memiliki arsitektur yang lebih kental dengan pengaruh Islam.