Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Cara Syar’i Dalam Menentukan Masuknya Awal Bulan Adalah Dengan Mengamati Hilal

Apa cara syar’i yg dijadikan penentu masuknya bulan Ramadhan, apakah boleh bersandar pd perhitungan falak dalam menentukan masuk & usainya bulan, & apakah boleh menggunakan tarbil (teropong) utk melihat hilal?

Jawaban

Cara syar’i dalam menentukan masuknya awal bulan adl dgn mengamati hilal. Semestinya dilakukan oleh orang yg dpt dipercaya agama & penglihatannya.

Jika dia melihat hilal, wajib berpuasa dgn persaksiannya jika yg dilihat adl hilal awal Ramadhan & berhenti puasa jika yg dilihat adl hilal awal Syawal.

Tidak boleh berpatokan pd hitungan ilmu falak jika belum melakukan rukyat. Jika rukyat dilakukan berdasarkan tuntunan ilmu falak, rukyatnya dpt dijadikan pegangan, sebagaimana keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا ، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا

“Jika kalian melihat hilal awal Ramadhan maka berpuasalah, jika engkau melihat hilal awal Syawal maka berbukalah.”

Adapun semata hitungan, tdk boleh menjadikannya sandaran utk beramal.

Mengenai penggunaan teropong, yaitu alat utk mendekatkan pandangan ke bulan tidaklah mengapa, tetapi tdk harus, karena yg nampak dari hadits adl berpatokan dgn mata telanjang, tdk dgn yg lain. Jika digunakan oleh orang yg tepercaya, maka persaksiannya bisa diambil & diamalkan. Orang-orang dahulu menggunakannya ketika naik ke menara-menara pd malam ke-30 Syawal maupun Ramadhan & mengamati menggunakan alat ini. Bagaimanapun, ketika rukyat telah ditetapkan, dgn wasilah (perantaraan) apapun, wajib beramal berlandaskan pd pengamatan tersebut, sebagaimana keumuman sabda Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- :

إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا ، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا

“Jika kalian melihat hilal awal Ramadhan maka berpuasalah, jika engkau melihatnya hilal awal Syawal maka berbukalah.”

Oleh: Muhammad Ibn Saleh al-Utsaimin